Saturday 16 October 2010

Malu bagian dari Iman

Malu bagian dari Iman
Dari Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu'anhu,
Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya di antara ucapan kenabian yang
pertama kali ditemui manusia adalah jika engkau tidak merasa malu,
maka berbuatlah semaumu." (HR. Bukhari)

PENJELASAN :

1.Warisan Para Nabi

Rasa malu adalah sumber akhlak yang terpuji, juga merupakan pendorong
untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Wajar jika ia
merupakan peninggalan nabi-nabi terdahulu. Yang tidak terhapus
sebagaimana beberapa syariat yang lain.

Lalu terpelihara secara turun temurun. Diwarisi para nabi dari zaman
ke zaman hingga akhirnya sampai pada umat Islam. Jika rasa malu adalah
warisan dari para nabi dan rasul, juga jelas-jelas disebutkan dalam Al
Qur'an, maka kita wajib memelihara rasa malu yang telah diberikan
Allah kepada kita. Menjadikannya sebagai akhlak, agar warisan para
nabi tersebut tetap terpelihara dan menghiasi kehidupan.

2.Pengertian Hadits

Terdapat tiga versi penjabaran, ketika mengartikan hadits di atas:

a.Perintah, dalam hadits ini, menunjukkan ancaman. Seakan Rasulullah
bersabda, "Jika kalian tidak memiliki rasa malu maka lakukanlah
sekehendakmu, dan Allah swt akan memberimu siksa yang sedih. Perintah
seperti ini juga terdapat dalam Al-Qur'an, "Berbuatlah sesuka hati
kalian." (QS.Fushilat : 41)

b.Perintah, dalam hadits ini, berarti pemberitahuan. Seolah hadits di
atas memberitakan bahwa jika seseorang tidak lagi memiliki rasa malu,
ia akan melakukan apa saja. Karena yang bisa mencegah perbuatan keji
adalah rasa malu. Tidak heran, jika rasa malu telah tiada, ia akan
asyik dengan segala perbuatan keji dan munkar.

c.Perintah, dalam hadits ini menunjukkan Ibahah (dibolehkan). Artinya,
jika kalian tidak malu melakukan suatu perbuatan yang tidak dilarang
oleh syara' maka lakukanlah. Karena pada prinsipnya, sesuatu yang
tidak dilarang oleh syara' maka boleh dilakukan.

No comments:

Post a Comment