Wednesday 9 March 2011

SEMUA DOSA TERAMPUNI

Siapa Bilang Dosamu Tidak Terampuni?

Anas bin Malik radhiallahu'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam! Seandainya
kamu datang kepada- Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi
lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku
dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan
ampunan sebesar itu pula.'" (HR. Tirmidzi, dan dia menghasankannya).
Hadits yang agung ini menyimpan banyak pelajaran berharga, di
antaranya: 1. Tauhid merupakan syarat untuk bisa meraih ampunan Allah
Ta'ala. Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata mengomentari
hal ini, "Ini adalah syarat yang berat untuk bisa mendapatkan janji
itu yaitu curahan ampunan. Syaratnya adalah harus bersih dari
kesyirikan, banyak maupun sedikit. Sementara tidak ada yang bisa
selamat/ bersih darinya kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah
Ta'ala. Itulah hati yang selamat sebagaimana yang difirmankan oleh
Allah Ta'ala (yang artinya), 'Pada hari ketika tidak lagi bermanfaat
harta dan keturunan, kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan
hati yang selamat.'" (Fath al- Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal.
53-54) 2. Keutamaan ini hanya akan bisa diperoleh bagi orang yang
bersih tauhidnya. Ibnul Qayyim rahimahullah
mengatakan, "… Seandainya ada seorang yang bertauhid dan sama sekali
tidak mempersekutukan
Allah dengan sesuatupun berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa
hampir seisi bumi, maka Allah pun akan menemuinya dengan ampunan
sepenuh itu pula. Namun, hal itu tidak akan bisa diperoleh bagi orang
yang cacat tauhidnya. Karena, sesungguhnya tauhid yang murni itu yang
tidak tercemari oleh kesyirikan apapun, maka ia tidak akan menyisakan
lagi dosa. Karena, ketauhidan semacam itu telah memadukan antara
kecintaan kepada Allah, pemuliaan dan pengagungan kepada- Nya, serta
rasa takut dan harap kepada-Nya semata, yang hal itu menyebabkan
tercucinya dosa-dosa, meskipun dosanya hampir memenuhi isi bumi. Najis
yang datang sekadar menodai, sedangkan faktor yang menolaknya sangat
kuat." (Dinukil dari Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal.
54-55). 3. Hadits ini mengandung
keterangan tentang makna la ilaha illallah yang bisa lebih berat
timbangannya daripada semua makhluk dan semua dosa. Maknanya adalah
meninggalkan syirik dalam jumlah banyak maupun sedikit. Hal itu pasti
membuahkan ketauhidan yang sempurna. Tidak mungkin bisa bersih dari
syirik kecuali bagi orang yang benar- benar merealisasikan tauhidnya,
serta mewujudkan
konsekuensi dari kalimat ikhlas (syahadat) yang berupa ilmu,
keyakinan, kejujuran, keikhlasan, rasa cinta, menerima, tunduk patuh
dan lain sebagainya menjadi konsekuensi kalimat yang agung itu (lihat
Qurrat al-'Uyun al- Muwahhidin, hal. 22). Syaikh Abdul Aziz bin Bazz
rahimahullah berkata, "Barangsiapa yang
mengucapkannya -la ilaha illallah- dengan penuh keikhlasan dan
kejujuran, maka dia tidak akan terus- menerus tenggelam di dalam
kemaksiatan- kemaksiatan. Karena keimanan dan keikhlasannya yang
sempurna menghalangi dirinya dari terus- menerus tenggelam dalam
maksiat. Oleh sebab itu, dia akan bisa masuk surga sejak awal bersama
dengan rombongan orang-orang yang langsung masuk surga." (Syarh Kitab
at-Tauhid, hal. 21). 4. Hadits ini menunjukkan bahwa tauhid tidak
hanya cukup di lisan. Namun, tauhid juga menuntut seorang hamba untuk
menunaikan kewajiban, serta meninggalkan kemaksiatan. Syaikh Abdul
Aziz bin Bazz rahimahullah berkata, "Barangsiapa yang
mempersaksikannya - kalimat tauhid- namun dia mencemarinya dengan
perbuatan dosa dan kemaksiatan, atau dia sekadar mengucapkannya
dengan lisan sementara hati atau amalannya berbuat syirik seperti
halnya orang-orang munafik, maka orang semacam ini ucapan syahadatnya
tidak bermanfaat. Akan tetapi yang semestinya dia lakukan adalah
mengucapkannya
kemudian meyakininya dengan kuat, melaksanakan
perintah-perintah dan meninggalkan
larangan-larangan
serta mengikuti tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." (Syarh
Kitab at-Tauhid, hal. 20). Beliau rahimahullah berkata, "Barangsiapa
yang meninggalkan kewajiban atau melakukan perkara yang dilarang, maka
itu berarti dia telah berani menawarkan dirinya untuk menerima hukuman
Allah Ta'ala meskipun dia mengucapkan kalimat ini dan meyakininya.
Apabila dia melakukan sesuatu yang membatalkan
keislamannya, maka berubahlah dia menjadi orang yang murtad dan kafir.
Syahadat ini tidak lagi bermanfaat untuknya. Oleh sebab itu, kalimat
ini harus diwujudkan dalam kenyataan dan mengamalkan
konsekuensi-
konsekuensinya, kalau tidak demikian, maka dia berada dalam bahaya
besar seandainya dia tidak kunjung bertaubat juga." (Syarh Kitab at-
Tauhid, hal. 26). Beliau juga mengatakan, "Hadits-hadits yang ada
menunjukkan bahwasanya para pelaku maksiat itu sangat berresiko
dijatuhi ancaman siksa dan mereka akan masuk ke neraka, lalu mereka
akan dikeluarkan darinya dengan syafa 'at para nabi dan yang lainnya.
Hal itu dikarenakan mereka telah melemahkan tauhid mereka dan
mencemarinya dengan kemaksiatan-
kemaksiatan." (Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 21). 5. Hadits ini
menunjukkan betapa besar pahala amalan tauhid (lihat Fath al- Majid bi
Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55). 6. Hadits ini menunjukkan betapa
luasnya
kedermawanan dan kasih sayang Allah Ta'ala (lihat Fath al- Majid bi
Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55). 7. Hadits ini mengandung bantahan
bagi orang-orang Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar (lihat
Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55). 8. Hadits ini juga
mengandung bantahan bagi kaum Mu'tazilah yang memiliki keyakinan bahwa
pelaku dosa besar itu berada di antara dua status di alam dunia ini,
antara iman dan kafir. Manzilah baina manzilatain dalam istilah
mereka, dan pelaku dosa besar menurut mereka kelak akan kekal di
neraka (lihat Fath al-Majid bi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 55). 9.
Allah Ta'ala berkata- kata, sesuai dengan keagungan dan kemuliaan
diri-Nya (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 43). 10.
Meninggal di atas tauhid yang bersih merupakan syarat mendapatkan
ampunan dosa, dalam hal ini terdapat perincian sebagai berikut: [1]
Orang yang mati dalam keadaan melakukan syirik besar atau tidak
bertaubat darinya, maka dia pasti masuk neraka. [2] Orang yang
meninggal dalam keadaan bersih dari syirik besar namun masih terkotori
dengan syirik kecil sementara kebaikan- kebaikannya ternyata lebih
berat daripada timbangan
keburukannya, maka dia pasti masuk surga. [3] Orang yang meninggal
dalam keadaan bersih dari syirik besar namun masih memiliki syirik
kecil sedangkan keburukannya justru lebih berat dalam timbangan, maka
orang itu berhak masuk neraka namun tidak kekal di sana (lihat
al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 44). 11. Hadits ini mengandung
motivasi (targhib) dan peringatan (tarhib). Ini merupakan motivasi
agar orang mau berjuang keras membersihkan
tauhidnya dari kotoran syirik dan kemaksiatan, karena Allah
menjanjikan ampunan yang demikian besar bagi orang yang murni
tauhidnya. Dan ini sekaligus menjadi peringatan bagi orang- orang yang
selama ini tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan agar waspada dan takut
kalau ternyata di akhir hidupnya mereka tidak tergolong orang yang
bersih tauhidnya. Karena kotornya tauhid akan menyebabkan dosa- dosa
mereka tidak pasti diampuni oleh Allah, padahal kita semua mengetahui
bahwa 'Inna bathsya Rabbika la syadiid ' Sesungguhnya siksaan Rabb-mu
amatlah keras… Allah Ta'ala juga berfirman (yang artinya), "Seandainya
Allah mau menyiksa manusia -di dunia- sebagai hukuman atas dosa yang
mereka perbuat niscaya tidak akan Allah sisakan di atas muka bumi ini
seekor binatang melatapun. Akan tetapi Allah menunda hukuman itu untuk
mereka hingga waktu yang telah ditentukan. Maka apabila telah datang
saatnya sesungguhnya Allah Maha melihat semua hamba-Nya. " (QS.
Fathir: 45). Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Artinya adalah apabila
Allah menyiksa mereka sebagai hukuman atas semua dosa yang mereka
perbuat, maka Allah tentu akan menghancurkan semua penduduk bumi dan
segala binatang dan rezeki yang mereka miliki." (Tafsir al-Qur'an
al-'Azhim [6/362] cet. Maktabah at- Taufiqiyah). 12. Hadits di atas
juga menunjukkan wajibnya mempelajari syirik - dengan segala macam
bentuk dan jenisnya- untuk dijauhi, wajibnya menyadari bahayanya yang
sangat besar serta memperingatkan umat dari segala sarana yang
menjerumuskan ke dalamnya. 13. Hadits di atas juga menunjukkan
pentingnya tazkiyatun nafs/ penyucian jiwa. Karena sesungguhnya orang
yang bisa meraih keutamaan yang berupa ampunan yang melimpah ruah itu
hanyalah orang yang bersih tauhidnya. Sementara hal itu tidak akan
bisa dicapai kecuali dengan mengenali maksiat dan menjauhinya serta
bertaubat darinya. 14. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa dosa yang
paling harus ditakuti dan dijauhi oleh manusia adalah dosa kesyirikan
dan kekafiran. Karena dosa itulah yang menghalangi mereka dari
memperoleh ampunan Allah Ta'ala. Oleh sebab itulah dalam memperbaiki
kondisi masyarakat yang telah mengalami kerusakan dalam berbagai sisi
kehidupan mereka maka seorang dai harus memprioritaskan
pembenahan akidah dan pemurnian tauhid terlebih dulu, karena ini
adalah asas penyucian jiwa dan kunci keselamatan di dunia dan di
akhirat. 15. Hadits di atas menunjukkan batilnya semua sesembahan
selain Allah Ta'ala. Sehingga tidak ada sosok yang layak untuk
dijadikan tempat bergantungnya hati, tumpuan rasa cinta, takut, dan
harap serta tawakal kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 16.
Hadits di atas juga menunjukkan
bahayanya riya ', karena riya ' adalah syirik yang sangat samar,
sementara syirik menyebabkan pelakunya terhalang dari mendapatkan
ampunan dosa. 17. Hadits di atas menunjukkan bahwa pengampunan dosa
adalah hak Allah Ta'ala, bukan hak Nabi ataupun ulama, apalagi pendeta
atau pastur gereja! 18. Hadits di atas menunjukkan sebesar apapun dosa
selama masih berada di bawah tingkatan syirik, maka masih mungkin
untuk diampuni oleh Allah Ta'ala dan masih ada kesempatan masuk surga
walaupun pelakunya –jika tidak bertaubat- harus mampir sekian lama di
dalam neraka, semoga Allah menyelamatkan kita darinya. Dosa syirik
pun, apabila pelakunya bertaubat, maka akan diampuni oleh Allah
Ta'ala. Inilah sebagian pelajaran yang bisa kami sampaikan dalam
kesempatan ini, semoga bermanfaat dan menambah rasa takut kita
kepada-Nya. Segala puji hanya milik Allah, salawat dan salam semoga
tetap terlimpah kepada Rasulullah. Yogyakarta, 9 Dzulqa'dah 1430 H
Yang sangat membutuhkan
ampunan Rabb-nya

--
‎ ‎مصباح

http://www.facebook.com/abah.misbah?ref=profile#/group.php?gid=187256475997&ref=mf,
Http://nandang-MisbaH.blogspot.com,
http://sv-se.facebook.com/people/Nandang_Misbah/1297993210,
http://www.teladan.org/misbah/weblog,
http://profiles.friendster.com/56013272,
http://www.flickr.com/people/55246387@N00,
http://tagged.com/nandang_misbah
وَٱللَّهُ يَدعُواْ إِلَى دَارِ ٱلسَّلَـمِ وَيَہدِى مَن يَشَاءُ إِلَى
صِرَطٍ مُّستَقِيم

No comments:

Post a Comment